Selasa, 30 November 2010

Tugas Analisis Kinerja Sistem

Pendekatan Pengembangan Sistem



Terdapat beberapa pendekatan untuk mengembangkan sistem yaitu:


Dipandang dari metodologi yang digunakan:


Pendekatan Klasik (Classical Approach)

mengembangkan sistem dengan mengikuti tahapan-tahapan di

system life cycle.


Pendekatan Terstruktur (Structured Approach)

menyediakan sistem tambahan berupa alat-alat dan teknikteknik

untuk mengembangkan sistem disamping tetap

mengikuti ide dari system life cycle.


Dipandang dari sasaran yang dicapai:


Pendekatan Sepotong (Piecerneal Approach)

merupakan pendekatan pengembangan sistem yang

menekankan pada suatu kegiatan atau aplikasi tertentu saja,

tanpa memperhatikan posisi dan sasaran keseluruhan

organisasi.


Pendekatan Sistem (Systems Approach)

memperhatikan sistem informasi sebagai satu kesatuan

terintegrasi untuk masing-masing kegiatan atau aplikasinya.


Dipandang dari cara menentukan kebutuhan dari

sistem:


Pendekatan Bawah Naik (Bottom Up Approach)

dimulai dari level bawah organisasi, yaitu level operasional

dimana transaksi dilakukan. Dimulai dari perumusan

kebutuhan-kebutuhan untuk menangani transaksi dan naik ke

level atas dengan merumuskan kebutuhan informasi

berdasarkan transaksi tersebut.


Pendekatan Atas Turun (Top Down Approach)

dimulai dari level atas organisasi, yaitu level perencanaan

strategis. Pendekatan ini dimulai dengan mendefinisikan

sasaran dan kebijakan organisasi, kemudian dilanjutkan dengan

analisis kebutuhan informasi, kemudian turun ke proses

trasaksi, yaitu penentuan output, input, basis data, prosedurprosedur

dan kontrol.


Dipandang dari Cara Mengembangkannya:


Pendekatan Sistem Menyeluruh

merupakan pendekatan yang mengembangkan sistem serentak secara

menyeluruh.


Pendekatan Moduler

berusaha memecah sistem yang rumit menjadi bagian atau modul yang

sederhana, sehingga sistem akan lebih mudah dipahami dan

dikembangkan.


Dipandang dari Teknologi yang digunakan:


Pendekatan Lompatan Jauh (Great Loop Approach)

menerapkan perubahan menyeluruh secara serentak menggunakan

teknologi canggih. Memiliki resiko yang besar karena kecepatan

perubahan teknologi.


Pendekatan Berkembang (Evolution Approcah)

menerapkan teknologi canggih hanya untuk aplikasi-aplikasi yang

memerlukannya saja pada saat itu dan hanya akan dikembangkan pada

periode berikutnya dan disesuaikan dengan kebutuhan.

Senin, 01 November 2010

Tugas Contoh Penerapan Telematika

Penerapan Techno-Economy pada UKM di Indonesia dengan Replikasi Program Telematika Pedesaan Grameen

Paper Seminar Nasional “Techno-Economy dalam Pembangunan Ekonomi di Indonesia” dengan Topik “Penerapan Techno-Economy pada UKM di Indonesia”

Djadja Sardjana

Jurusan Teknik Informatika, Universitas Widyatama,
Jl. Cikutra 204A Bandung 40124
Telp./ Fax. +62-22-7278860


ABSTRAKSI

Telematika mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis sebagai komponen infrastruktur untuk perkembangan ekonomi. Pelayanan Telematika dapat menggantikan bentuk komunikasi lain dan seringkali lebih efektif penggunaannya baik dari segi biaya, waktu dan rantai distribusinya. Peningkatan produktifitas komunikasi ini pada akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi di tempat tersebut. Meskipun menghadapi hambatan dalam restrukturisasi industri Telematikanya, beberapa negara berkembang telah berhasil tidak hanya membuka kompetisi, namun secara bersamaan mencapai kewajiban pelayanan Telematika untuk umum (Universal Services Obligation). Misalnya pencapaian yang dilakukan oleh Grameen Telecom di Bangladesh bekerja sama dengan pemberi kredit mikro Grameen Bank yang memungkinkan nasabahnya memperoleh kredit bergulir untuk berusaha di bidang warung Telematika di daerah pedesaan. Pengalaman Grameen Telecom , memungkinkan kita untuk menjalankan satu solusi potensial dari Penerapan Techno-Economy pada UKM di Indonesia terutama dalam melayani daerah pedesaan. Targetnya adalah melayani daerah yang tak dapat atau kurang terlayani dan menyediakan dukungan untuk pelayanan informasi yang bermutu.

Kata kunci

Bangladesh, Grameen Bank, Grameen Telecom , Indonesia, Informasi, Pedesaan, Techno-Economy, Telematika, UKM, USO, Village Phone

1. PENDAHULUAN

Dalam kondisi perekonomian Indonesia yang tidak menentu, perusahaan-perusahaan besar mengalami kebangkrutan dan kehancuran. UKM justru dapat bertahan dan menghasilkan devisa. Disamping itu, sektor UKM melalui perannya mampu menjadi penggerak perekonomian daerah/lokal dalam penciptaan lapangan kerja dan lapangan usaha baru.

Mengingat dampaknya yang demikian besar, maka kebijakan ekonomi ke depan harus didesain ke arah penguatan usaha kecil menengah (UKM) dan pengembangan wirausaha baru, khususnya dalam bentuk UKM, sehingga jumlah pengangguran dan angka kemiskinan bisa lebih ditekan.

Tidaklah mengherankan kalau UKM disebut sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia. Boleh dikatakan, membangun UKM adalah identik dengan membangun Indonesia. Karena, ada sekitar 90 juta orang Indonesia yang bekerja di sektor ini. Dengan kata lain, membangun UKM sama dengan membangun sumber penghidupan yang saat ini dinikmati oleh 90 juta lebih orang Indonesia.

Telematika mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis sebagai komponen infrastruktur untuk perkembangan ekonomi termasuk Usaha Kecil dan Menengah (Hitt, Ireland&Hoskisson ,2005). Pelayanan Telematika dapat menggantikan bentuk komunikasi lain dan seringkali lebih efektif penggunaannya baik dari segi biaya, waktu dan rantai distribusinya (Hamel and Prahalad, 1995). Bukti lain memperlihatkan bahwa sistem Telematika yang andal akan memunculkan bentuk komunikasi baru yang lebih kuat, kompleks, dan produktif dari pola-pola komunikasi lain (Harris, 2001). Peningkatan produktifitas komunikasi ini pada akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi di tempat tersebut (Porter, 1985).

Adanya hubungan erat antara perkembangan ekonomi dengan pelayanan Telematika menyebabkan banyak negara berkembang mencoba untuk memperbaiki infrastruktur Telematika yang ada untuk peningkatan pelayanan pada masyarakatnya (Per Helmersen, 2005). Beberapa negara berkembang seperti Hong Kong, Korea, Singapore dan Taiwan menggunakan Telematika sebagai bagian dari keseluruhan strategi ekonomi untuk membangun posisi yang sangat kompetitif di pasar dunia untuk industri dan jasa teknologi tinggi (Kao, Raymond W. Y., 1995).

Meskipun menghadapi hambatan dalam restrukturisasi industri Telematikanya, beberapa negara berkembang telah berhasil tidak hanya membuka kompetisi (Abdus Salam, 2005). Mereka pun secara bersamaan mencapai kewajiban pelayanan Telematika untuk umum (Universal Services Obligation/USO). Misalnya pencapaian yang dilakukan oleh Grameen Telecom Bangladesh bekerja sama dengan pemberi mikro-kredit Grameen Bank, yang memungkinkan nasabahnya memperoleh kredit bergulir untuk berusaha di bidang warung Telematika di daerah pedesaan yang pada awalnya meliputi 950 Village Phone dan memberikan akses kepada 65.000 orang (Harmeet Gill, 2006).

Pengalaman Grameen Telecom , memungkinkan kita untuk menjalankan satu solusi potensial dari Penerapan Techno-Economy pada UKM di Indonesia terutama dalam melayani daerah pedesaan. Targetnya adalah melayani daerah yang tak dapat atau kurang terlayani dan menyediakan dukungan untuk pelayanan informasi yang bermutu (Sardjana, Djadja., 2007, Thesis).

2. MODEL BISNIS Grameen Telecom

Grameen Telecom sebagai perusahaan yang bergerak di bidang Telematika (khususnya pedesaan), menghasilkan jasa & produk diantaranya “Village Phone” (World Resouce Institute, 2003). Dalam menjalankan aktivitasnya perusahaan ini perlu untuk menerapkan manajemen strategis untuk mempermudah pencapaian tujuannya agar dapat mempertahankan atau bahkan mengembangkan posisi perusahaan di lingkungan usaha yang cenderung berubah dengan cepat sesuai Model Bisnis pada gambar-1:

Gambar-1 Model Bisnis Grameen Telecom
2.1 Penyeleksian, Cara Berlangganan dan Pelatihan Operator Village Phone:

Untuk mendapatkan informasi mengenai cakupan GSM Grameen Phone Ltd., pegawai unit Grameen Telecom menemui cabang- cabang Grameen Bank pada daerah dan menyiapkan data dari desa-desa dimana cakupan jaringan memuaskan yang memungkinkan penyediaan Telematika Pedesaan (USTDA,2004). Cabang Grameen Bank kemudiaan memilih diantara anggota-anggotanya yang berkinerja baik dari desa-desa ini untuk bertindak sebagai Operator “Village Phone”. Grameen Bank mempunyai kriteria spesifik untuk menyeleksi operator “Village Phone” yang dapat diringkas sebagai berikut:

1. Mempunyai sejarah pembayaran kredit Grameen Bank yang sangat bagus;

2. Harus mempunyai bisnis yang bagus, lebih disukai toko penjualan makanan/minuman di desa dan mempunyai waktu luang untuk berfungsi sebagai operator “Village Phone”.

3. Tidak buta huruf atau paling tidak harus mempunyai anak yang dapat membaca dana menulis.

4. Tempat tinggalnya harus cocok dan lokasinya dekat dengan tengah-tengah desa.

Setelah penyeleksian awal selesai oleh Cabang Grameen Bank sebagai operator “Village Phone” yang potensial, pegawai unit Grameen Telecom terdekat memverifikasikan sinyal yang tersedia pada rumahnya atau toko yang dia tinggali untuk berlangganan telematika. Persetujuan terakhir dari keanggotaan diperoleh dari Manager Daerah Grameen Bank . Ketika penyeleksian akhir hampir selesai, Grameen Telecom berlangganan sambungan telematika pada Grameen Phone dan menyerahkannya pengelolaanya kepada anggota. Grameen Telecom selanjutnya menyediakan perangkat yang dibutuhkan dan menyediakan pelatihan untuk mengoperasikan telematika desa tersebut. Sedangkan telematika dan biaya sambungan dibayar oleh Grameen Bank ke Grameen Telecom. Selanjutnya anggota mengangsurnya kembali kepada Grameen Bank dengan periode yang ditentukan, misalnya dua atau tiga tahun. Perlu dtekankan kembali bahwa program keemilikan telematika desa ini hanya disediakan untuk anggota Grameen Bank melalui program pinjaman mikro.
2.2 Proses Penagihan (Billing):

Grameen Telecom membeli pulsa secara borongan dari Grameen Phone untuk semua telematika desa di bawah pengoprasiannya dengan tingkat diskon khusus yang telah dinegoisasikan antara kedua organisasi. Kemudian Grameen Phone menyiapkan tagihan bulanan dan mengirimkannya ke Grameen Telecom untuk pembayaran. Selanjutnya Grameen Telecom membuat kembali tagihan perorangan dan mengirimkannya ke cabang-cabang serta membayar tagihan ke Grameen Telecom setelah enam minggu pada periode berikutnya. Dalam hal ini tugas Grameen Bank adalah mengumpulkan tagihan dari operator-operator “Village Phone”.
2.3 Dukungan Operasional:

Kantor unit dari Grameen Telecom bertanggung jawab untuk pengoperasian “Village Phone” di lapangan. Tugas Unit Operasional adalah untuk memetakan daerah dengan cakupan sinyal yang baik, membantu manager cabang Grameen Bank untuk memilih anggota menjadi operator “Village Phone”, melatih operator “Village Phone” dan membutuhkan dukungan teknis yang dibutuhkan oleh operator “Village Phone” termasuk handset, tagihan dan lain sebagainya. Sejauh ini Grameen Telecom mempunyai 13 kantor unit di : Dhaka, Norsingdee, Srinogar, Comilla , Feni, Chittagong, Mymensingh, Sirajgonj, Khulna, Barisal, Sylhet, Rajshahi dan Faridpur. Jumlah kantor unit akan terus bertambah dengan bertambahnya area sinyal yang tersedia.

3. Metodologi Penelitian Yang Digunakan

Paper ini mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan dimana konteks spesifik suatu negara adalah kritis dalam menentukan kesuksesan di bidang reformasi bisnis telematika. Karena dasar itulah bahwa model bisnis Grameen yang ada di Bangladesh dapat direplikasi di negara berkembang lainnya. Untuk bisa dilaksanakan pada konteks yang berbeda, hal ini haruslah memahami hambatan spesifik yang ada di negara tersebut.

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah; Pembuktian kaidah bahwa Grameen sukses dalam penerapan Dasar-dasar Kewirausahaan Sosial dengan Program Telematika Pedesaan; Meneliti faktor apa saja dari penerapan Dasar-dasar Kewirausahaan Sosial dengan Program Telematika Pedesaan yang berfungsi baik dan dapat diterapkan di Indonesia (Sardjana, Djadja., 2007, Thesis).

4. Replikasi Program Telematika Pedesaan Grameen di Indonesia

“Village Phone” dari Grameen Telecom merupakan proyek percobaan yang sampai tahun 2000 melibatkan 950 Village Phones yang menyediakan akses telematika kepada lebih dari 65,000 orang. Wanita-wanita desa mendapat kredit mikro untuk memperoleh pelayanan telematika selular GSM dan sesudah itu menjual lagi pelayanan tersebut di desa mereka (Telecommon Development Group, 2006).

4.1 Temuan Utama Hasil Penelitian Program Telematika Pedesaan Grameen:

1. Program Village Phone muncul sebagai solusi teknis terbaik yang tersedia untuk akses telematika universal pedesaan sesuai dengan keadaan Regulasi Telematika dan kondisi ekonomi Bangladesh saat itu. Program “Village Phone” adalah suatu solusi organisatoris dan teknis untuk akses telematika pedesaan yang dibutuhkan oleh suatu lingkungan dengan regulasi telematika yang tidak mendukung bagi percepatan infrastruktur telematika pedesaan.

2. Konsep dari “akses yang universal” bukanlah sesuatu yang netral terhadap gender. Di dalam kasus dari Bangladesh ini, jenis kelamin dari operator “Village Phone” dan penempatan secara fisik dari telematika di dalam suatu desa yang tersegmentasi secara gender dapat menghalangi atau memperbaiki akses wanita-wanita untuk menelpon karena alasan religius. Biasanya, satu lokasi operator wanita akan menyediakan suatu ruang yang bisa diterima untuk wanita-wanita desa yang lain untuk mengakses telematika. Dari sudut pandang pendapatan dan laba, adalah penting untuk memastikan bahwa “Village Phone” secara penuh dapat diakses oleh seluruh populasi desa, jika 50% dari pemakai berdasarkan gender menghadapi rintangan-rintangan untuk menelpon, maka suatu arus pendapatan yang penting telah lenyap.

3. Village Phone bertindak sebagai suatu instrumen atau alat bantu yang tangguh untuk mengurangi resiko dalam pengiriman uang dari para anggota keluarga para pekerja di Dhaka City dan yang bekerja di luar negeri. Juga untuk membantu orang desa di dalam memperoleh informasi akurat tentang kurs valuta asing. Mengirim uang tunai dari suatu negara Timur Tengah ke suatu desa di Bangladesh adalah penuh resiko; pengiriman uang seperti itu adalah faktor pokok yang membuat laku pemakaian telematika. Pada tingkatan yang mikro, pengiriman uang cenderung untuk digunakan untuk biaya rumah tangga sehari-hari seperti makanan, pakaian dan pelayanan kesehatan. Pengiriman uang seperti itu satu faktor yang penting dalam memenuhi penghidupan rumah tangga, dan dapat meningkatkan porsi yang penting dari penghasilan rumah tangga. Begitu penghidupan dipenuhi, pengiriman uang cenderung untuk digunakan untuk “investasi-investasi produktif,” atau untuk tabungan.

4. Panggilan-panggilan telematika kepada keluarga dan para teman sering melibatkan pertukaran informasi tentang harga komoditi pasar, daftar biaya pengiriman barang-barang, tren pasar dan pertukaran valuta. Hal ini membuat “Village Phone” satu alat yang penting untuk membuka peluang usaha rumah tangga dalam mengambil informasi pasar untuk meningkatkat keuntungan dan mengurangi biaya produksi. Misalnya penggunaan kendaran bermotor untuk memperoleh informasi harga komoditi di pasar.

5. Pelayanan telematika pedesaan di Bangladesh adalah sangat menguntungkan karena regulasi yang ada sekarang (ketiadaan interkoneksi menjadi penghalang yang paling besar), sehingga operator telematika tidak mampu untuk mengimbangi permintaan untuk jasa telematika antar operator. Telematika-telematika di dalam program Grameen Telecom Village Phone menghasilkan tiga kali pendapatan untuk pelayanan selular pedesaan ($100/bulan lawan $30/bulan). Bahkan, satu operator telematika di Bangladesh melaporkan dimana pendapatan 12,000 pelanggan biasa sama dengan pendapatan dari 1,500 “Village Phone”.

6. Teknologi telematika genggam GSM adalah suatu solusi yang mahal untuk akses universal di daerah pedesaan. Liputan selular ini terbatas untuk daerah pedesaan serta hanya menguntungkan di bawah regulasi telematika yang sehat - ketika lingkungan yang regulasi diperbaiki, teknologi selular tidak akan menjadi alat paling efisien dan sehat dalam menyediakan servis yang universal. GSM teknologi telematika genggam juga menempatkan tarif-tarif jauh lebih tinggi pada para pemakai telematika pedesaan dibanding “Wireless Local Loop” (WLL) teknologi. Tanpa perbaikan-perbaikan pada regulasi, teknologi selular adalah suatu solusi yang praktis. Juga, teknologi selular sekarang ini bukan suatu opsi yang baik untuk hubungan email/Internet/data yang murah. WLL dan opsi lain dapat menyediakan secara luas dan jauh lebih baik dengan ongkos pelayanan lebih murah.

4.2 Unsur-unsur yang dapat direplikasi untuk Penerapan Techno-Economy pada UKM di Indonesia:

1. Pengalaman Grameen Telecom di dalam perencanaan bisnisnya memungkinkan satu solusi potensial yang menarik bagi operator telematika dalam melayani daerah pedesaan. Targetnya adalah melayani: daerah yang tak dapat dilayani, kurang terlayani dan menyediakan dukungan untuk pelayanan informasi riset pasar yang bermutu. Riset pasar akan membantu ke arah pembuktian kasus bisnis, menarik modal investasi, dan mengurangi kendala dari pemodal-pemodal dan operator.

2. Poin-poin pengalaman Grameen Telecom menunjukkan suatu solusi yang potensial untuk operator telematika, dalam menghadapi tantangan mengatur operasi telematika pedesaan. Hal ini dihubungkan dengan keterlibatan organisasi kredit mikro yang sukses berdampingan dengan operator telematika untuk memperluas cakupan USO di daerah pedesaan. Pinjaman mikro kepada wirausaha pedesaan (terutama yang ditargetkan kepada kalangan wanita dan kaum muda) dapat memungkinkan wirausaha untuk menyelenggarakan pelayanan telematika yang menyediakan bidang jasa telematika, fax, email dan bahkan internet, fotokopi dan jasa komputer pengolah data. Program waralaba jenis ini akan juga memberikan konsistensi pelayanan ke semua daerah yang pada gilirannya mendukung pengembangan sosial dan ekonomi lokal.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Dari Model Bisnis Grameen Telecom dapat dijadikan acuan bagi operator, regulator dan investor dalam penyusunan strategi implementasi pelayanan telematika untuk umum (Universal Services Obligation/USO) sebagai bagian usaha untuk memenangkan persaingan di bisnis telematika bahan pertimbangan Penerapan Techno-Economy pada UKM di Indonesia.

2. Hasil riset di atas dapat dijadikan pemikiran bagi peneliti lain untuk melakukan studi lanjutan dibidang implementasi pelayanan telematika untuk umum (Universal Services Obligation/USO) dengan menggunakan bisnis model Grameen Telecom, sebagai bahan pertimbangan Penerapan Techno-Economy pada UKM di Indonesia.

3. Hasil kajian diharapkan dapat memperkaya dan melengkapi khazanah keilmuan bidang strategi perusahaan (Corporate Strategy) dibidang industri telematika.

6. REFERENCES

[1] Hamel and Prahalad. 1995, Competing for the Future

[2] Harris, Regulation and Reform - Small Scale Service Providers, 3rd SAFIR Core Course on “Infrastructure Regulation and Reform”, October 8-19, 2001.

[3] Harmeet Gill, March 1, 2006, Village Phone Program

[4] Hitt, Ireland & Hoskisson , 2005, Strategic Management: Competitiveness and Globalization.

[5] Justice Md. Abdus Salam, Commissioner, BTRC, Presentation for the Working Group on Licencing for Telecom Services on Seventh South Asian Telecommunications Regulators’ Council (SATRC) Meeting, 13 to 15 December, 2005, BANDOS Island, Maldives

[6] Kao, Raymond W. Y., 1995, Entrepreneurship: A Wealth Adding and Value Creating Process, Prentice-Hall: Singapore.

[7] Mitchell, R.K., Agle, B.R., & Wood, D.J. 1997. Toward a Theory of Stakeholder Identification and Salience: Defining the Principle of Who and What Really Counts. Academy of Management Review, v 22, n 4, pp 853-886.

[8] Per Helmersen, 2005, Human Factors in Emerging Markets, Telenor R&D / Ghana Telecom

[9] Porter, 1985, Competitive Advantage: Techniques for Analyzing Industries and Competitors

[10] Sardjana, Djadja., 2007, Thesis - Stakeholder Role Analysis of Grameen Telecom in Bangladesh to Determine Management Strategy, Telkom Management Institute.

[11] Telecommon Development Group, 2006, Multi-stakeholder Engagement (MSE) for Rural Telecommunications,

[12] USTDA South Asia Communications Infrastructure Conference, New Delhi, India - April 21-23, 2004, Bangladesh Telecom Brief

[13] WORLD RESOURCES INSTITUTE, GRAMEEN TELECOM’S VILLAGE PHONES, 2003


Sabtu, 16 Oktober 2010

MENTARI KU

Duhai mentari ku

Tetaplah berpijar menyinari dunia ku

Tanpa ada rasa duka sedikitpun

Ketika kau meredup 

Tetapkan aku selalu menjadi penghias dalam gelap malam mu

Hapus air mata mu


Aku cinta kamu

Jadikan itu alasan untuk kau tetap tersenyum cerah

Selasa, 12 Oktober 2010

TELEMATIKA

TELEMATIKA

Mungkin Kata Telematika sudah tidak asing di Indonesia dan kata telematika mempunyai arti yang luas. Telematika adalah singkatan dari Telekomunikasi dan Informatika, Istilah Telematika juga dikenal sebagai “the new hybrid technology” yang lahir karena perkembangan teknologi digital. Perkembangan ini memicu perkembangan teknologi telekomunikasi dan informatika menjadi semakin terpadu atau populer dengan istilah “konvergensi, Namun Istilah telematika sering dipakai untuk beberapa macam bidang, sebagai contoh:
• Integrasi antara sistem telekomunikasi dan informatika yang dikenal sebagai Teknologi Komunikasi dan Informatika atau ICT (Information and Communications Technology).Teknologi komunikasi dan informatika atau disebut juga ICT merupakan ilmu yang berkaitan dengan pengiriman, penerimaan dan penyimpanan informasi dengan menggunakan peralatan telekomunikasi.
• Secara umum, istilah telematika dipakai juga untuk teknologi Sistem Navigasi/Penempatan Global atau GPS (Global Positioning System) sebagai bagian integral dari komputer dan teknologi komunikasi berpindah (mobile communication technology).
• Secara lebih spesifik, istilah telematika dipakai untuk bidang kendaraan dan lalulintas (road vehicles dan vehicle telematics).

Hukum Telematika
Seiring dengan semakin populernya Inter-Net sebagai “the network of the networks”, masyarakat penggunanya (internet global community) seakan-akan mendapati suatu dunia baru yang dinamakan cyberspace – sebagaimana dipopulerkan oleh William Gibson dalam novel sci-fi-nya Neuromancer – yang merupakan khayalan tentang adanya alam lain pada saat teknologi telekomunikasi dan informatika bertemu. Di “alam baru” ini – bagi kebanyakan netter – tidak ada hukum. Karena tidak adanya kedaulatan dalam jaringan komputer maha besar (gigantic network) ini, mereka beranggapan bahwa tidak ada satupun hukum suatu negara yang berlaku, karena hukum network tumbuh dari kalangan mayarakat global penggunanya. “Alam baru” ini seakan-akan menjadi suatu jawaban dari impian untuk melampiaskan kebebasan berkomunikasi (free flow of information) dan kebebasan mengemukakan pendapat (freedom of speech) tanpa mengindahkan lagi norma-norma yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari.
Perlu digarisbawahi, bahwa substansi cyberspace sebenarnya adalah keberadaan informasi dan komunikasi yang dalam konteks ini dilakukan secara elektronik dalam bentuk visualisasi tatap muka interaktif. Komunikasi virtual (virtual communication) tersebut – yang dipahami sebagai virtual reality – sering disalahpahami sebagai “alam maya”, padahal keberadaan sistem elektronik itu sendiri adalah konkrit di mana komunikasi virtual sebenarnya dilakukan dengan cara representasi informasi digital yang bersifat diskrit. Sehubungan dengan itu, Wiener dan Bigelow mencetuskan Cybernetics Theory, mengenai suatu pendekatan interdisipliner terhadap sistem kendali dan komunikasi dari hewan, manusia, mesin dan organisasi. Uniknya teori tersebut sebenarnya lebih menekankan pada pentingnya umpan balik dari sistem komunikasi itu sendiri. Teori tersebut menyiratkan bahwa dalam memahami suatu informasi yang disampaikan pada suatu sistem komunikasi yang baik harus dengan memperhatikan umpan balik dari sistem tersebut. Sebagai catatan, Wiener juga mengakui bahwa istilah Cyber sebenarnya pernah digagas oleh Ampere yang namanya digunakan sebagai satuan kuat arus. Oleh karena itu jika ditilik dari asal-usulnya, istilah cyber sebenarnya erat hubungannya dengan kawat listrik. Sehingga tidak mengherankan, jika istilah tersebut juga digunakan untuk organ buatan listrik CYBORG yang merupakan singkatan dari Cybernetics Organics.

Dengan demikian, istilah “cyber law” sebagaimana dipahami oleh masyarakat sekarang ini kurang tepat jika digunakan untuk merujuk pada hukum yang tumbuh dalam medium cyberspace. Istilah “cyberspace law” justru lebih tepat untuk itu. Namun demikian, Istilah “telematika” paling tepat digunakan karena lebih memperlihatkan hakekat keberadaannya dan layak untuk digunakan sebagai definisi guna melakukan pengkajian hukum selanjutnya. Istilah “telematika” merujuk pada hakekat cyberspace sebagai suatu sistem elektronik yang lahir dari perkembangan dan konvergensi telekomunikasi, media dan informatika.
Berbicara tentang hukum dalam arti luas, berarti mencakup segala macam ketentuan hukum yang ada baik materi hukum tertulis – tertuang dalam peraturan perundang-undangan – maupun materi hukum tidak tertulis – tertuang dalam kebiasaan ataupun praktek bisnis yang berkembang. Sehubungan dengan itu, sistem hukum nasional sesungguhnya tetap berlaku terhadap segala aktivitas komunikasi yang dilakukan dalam lingkup cyberspace. Hal ini berarti bahwa domain-domain hukum yang semula dipahami secara sektoral, baik dalam bidang telekomunikasi, media maupun informatika akan semakin konvergen. Yang terjadi bukan kevakuman hukum, melainkan suatu pembidangan hukum yang lebih khusus tanpa menafikan keberlakuan bidang-bidang hukum yang telah ada dalam sistem hukum yang berlaku. Dengan demikian definisi Hukum Telematika adalah hukum terhadap perkembangan konvergensi TELEMATIKA yang berwujud dalam penyelenggaraan suatu sistem elektronik, baik yang terkoneksi melalui internet (cyberspace) maupun yang tidak terkoneksi dengan internet.
Lingkup pengkajian Hukum Telematika terfokus pada aspek-aspek hukum yang terkait dengan sistem informasi dan sistem komunikasi, khususnya yang diselenggarakan dengan sistem elektronik, dengan tetap memperhatikan esensi dari:
komponen-komponen dalam sistem tersebut, mencakup: (i) perangkat keras (ii) perangkat lunak, (iii) prosedur-prosedur (iv) perangkat manusia, dan (v) informasi itu sendiri; serta
(2) fungsi-fungsi teknologi di dalamnya yaitu: (i) input, (ii) proses, (iii) output, (iv) penyimpanan dan (v) komunikasi.
Dalam prakteknya kedua lingkup tadi dalam cyberspace dikenal sebagai (i) Content, (ii) Computing, (iii) Communication dan (iv) Community.
1. Content, yaitu Isi atau substansi Data dan/atau Informasi berupa input dan output dari penyelenggaraan sistem informasi yang disampaikan pada publik, mencakup semua bentuk data/informasi baik yang tersimpan dalam bentuk cetak maupun elektronik, maupun yang disimpan sebagai basis data (databases) maupun yang dikomunikasikan sebagai bentuk pesan (data messages).
2. Computing, yaitu Sistem Pengolah Informasi yang berbasiskan sistem komputer (Computer based Information System) berupa jaringan sistem informasi (computer network) organisasional yang efisien, efektif dan legal. Dalam hal ini, suatu Sistem Informasi merupakan perwujudan penerapan perkembangan teknologi informasi ke dalam suatu bentuk organisasional/organisasi perusahaan (bisnis).
3. Communication, yaitu Sistem Komunikasi yang juga berupa sistem keterhubungan (interconnection) dan sistem pengoperasian global (interoperational) antar sistem informasi/jaringan komputer (computer network) maupun penyelenggaraan jasa dan/atau jaringan telekomunikasi.
4. Community, yaitu masyarakat berikut sistem kemasyarakatannya yang merupakan pelaku intelektual (brainware), baik dalam kedudukannya sebagai Pelaku Usaha, Profesional Penunjang maupun sebagai Pengguna dalam sistem tersebut.

Sumber :
http://johan-ku.blogspot.com/
http://dgk.or.id/archives/2006/03/30/asal-mula-kata-telematika/
http://id.wikipedia.org/wiki/Telematika
http://menado.blog.friendster.com/hukum-telematika/

Minggu, 06 Juni 2010

Jati Diri Yang Hilang

Aku berada di tempat yang tak ku ketahui
Bimbang dan galau
Itu lah yang menyelimuti ku dalam kesendirian,
Waktu menuntunku dalam pertemuan ku denga kehidupan yang lain
Aku berada di tengah mereka dengan segala rasa bahagia
Namun yang tampak hanya sesaat dan tak berbekas
Ternyata itu hanyalah rasa ingin ku yang berlebih
Dan ternyata itu bukanlah aku
Aku yang dahulu terlahir dalam keadaan yang penuh dengan tekad
Namun hanyalah aku yang menjadi penikmat keindahan yang tak ku mengerti arti di dalamnya

Ada yang hilang dari aku

Sabtu, 22 Mei 2010

RESENSI



Judul Buku : HEART
Penulis : Ninit Yunita
Penerbit : GagasMedia
Tebal : 157 halaman



>>Tentang Pengarang
Ninit Yunita lahir di Bandung 19 Juni 1978. Menikah dengan Adhitya Mulya. Ninit adalah penulis novel "Kok Putusin Gue" dan "Test Pack" (akan diangkat ke layar lebar). Selain itu Ninit adalah kontributor untuk beberapa majalah. Novel "Heart" ini adalah novel adaptasi pertamanya. Ninit adalah penggemar kopi, senang traveling dan juga seorang blogger.

>>Sinopsis
Sejak kecil, Rachel dan Farel bersahabat. Rachel, cewek tomboy yang sedikit usil diam-diam menaruh cinta pada Farel. Sayangnya, perasaan itu tidak pernah ia ungkapkan lengsung pada Farel. Rachel menyimpannya rapat-rapat di dalam hatinmya. Sedangkan Farel, ia hanya menganggap Rachel sebagai teman berbagi suka dan duka. Teman yang bisa membuat merasakan banyak hal. Senang dan sedih dalam bersamaan. Teman yang bisa memahami keinginannya. Begitu pun ketika Farel jatuh cinta pada Luna, cewek yang lama hidupnya ditentukan oleh penyakit sirosis dan hanya bisa ditolong melalui pendonoran hati. Pada suatu ketika, Rachel melihat Farel dan Luna sedang berduaan. Lalu dia cemburu dan berlari kencang tanpa arah, kemudian dia terjatuh ke dalam jurang. Dan kedua kakinya harus segera diamputasi. Rachel merasa kehilangan harapan dan bersedih, dia takut tidak bisa lagi bermain basket dengan Farel. Karena dengan cara itu dia bisa lebih dekat dengan Farel. Pada saat yang bersamaan Luna pun masuk rumah sakit, dia harus segera di operasi. Tapi tidak ada seorang pun yang mau mendonorkan hatinya untuk Luna. Pada akhirnya Rachel mendonorkan hatinya untuk Luna. Karena menurut Rachel cinta itu senang melihat orang yang dicintai bahagia. Dan Farel mengetahui bahwa selama ini Rachel sayang dan cinta padanya melaui surat yang Rachel tulis sebelum ajal menjemputnya.

Senin, 22 Maret 2010

Kutipan

Pengertian kutipan
Kutipan adalah pinjaman pendapat dari seorang pengarang atau seseorang, baik berupa tulisan dalam buku, majalah, surat kabar, atau bentuk tulisan lainnya, maupun dalam bentuk lisan.

Contoh kutipan :

Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara 1.(contoh kutipan 1)

Pada hari itu, tanggal 17 Agustus 1945, Presiden [sic] Soekarno [Soekarni-Hatta] atas nama bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan. Akan tetapi baru sepuluh tahun kemudian, yaitu tahun [sic] 1950 [yang betul adalah tahun 1955] diadakan pemilihan umum yang pertama.

(contoh kutipan 2)


Senin, 15 Maret 2010

ARTIKEL

SEKELUMIT INTERNET

Internet saat ini sudah menjadi satu icon, yang kerap diucapkan seseorang, paling tidak sekali dalam sehari. Pelajar, pekerja, professsional, ibu rumah tangga dan banyak kelompok lainnya tentunya sudah tidak asing lagi bertukar informasi melaui E-mail. Atau, berkomunikasi layaknya sedang berbicara, curhat atau mengirim data melalui e-mail, mencari informasi atupun mungkin berbelanja melalui internet.

Menteri Komunikasi dan Informatika pernah berujar, agar sekolah-sekolah dapat tersambung dengan jaringan internet. Lebih jauh lagi beliau mengatakan bahwa akan ditetapkan hari blogger nasional.

Sesungguhnya Internet bukanlah sebuah proses yang sederhana sebagaimana kita menggunakannya. Begitu banyak istilah-istilah teknis yang menyertainya, secara teoritis internet dapat mencapai tujuan dengan kecepatan 186.000 miles/detik.

Perlombaan pengaruh Negara adi daya Rusia dan Amerika pada tahun 1957 adalah awal dari tercetusnya ide internet. Adalah Rusia yang berhasil meluncurkan satelit Sputnik ke ruang angkasa membuat Amerika merasa perlu melakukan sesuatu untuk mengamankan kepentingannya. Kebutuhan untuk mengamankan pertukaran dokumen antara satu departemen dengan departemen lainnya serta menghindarkan tersimpannya informasi secara terpusat, Pemerintah Amerika pada tahun 1958 membentuk sebuah badab di bawah Departemen Pertahanan yang disebut dengan ARPA (Advanced Research Projects Agency).

Tujuan awal dari research dengan nama proyek APRANET ini adalah membangun sistem jaringan komputer yang tersebar di daerah-daerah strategis. Sehingga apabila terjadi suatu keadaan darurat, maka cukup informasi yang terdapat dilokasi tersebut saja yang dimusnahkan sementara informasi lain tersebar dibeberapa lokasi dapat diselamatkan.

Pada tahun 1969 diawali dengan 3 situs yang terhubung dalam satu jaringan terpadu yaitu Standford Research Insititute,University of California, dan Universitas of Utah, jaringan yang terhubung ini berkembang pesat dimana berbagai institusi pendidikan ingin bergabung didalamnya. Dengan perkembangan pesat tersebut, maka proyek APRANET ini kemudian dipecah menjadi dua yaitu MILNET yang dibangun untuk keperluan militer dan APRANET baru dengan kapasitas yang lebih kecil dibangun untuk keperluan non militer.

Proyek APRANET ini mencoba mengembangkan hardware (perangkat keras) dan software (perangkat lunak) komputer berbasis UNIX. Sehingga dapat terjadi komunikasi dua atau titik dalam jarak yang tidak terhingga melalui saluran telepon. Rancangan bentuk jaringan, keandalan jaringan, seberapa besar informasi dapat dipindahkan serta kemampuan untuk dapat terjadinya komunikasi antar komputer dikembangkan melalui suatu proyek yang disebut sebagai “Internetting Project”.

Melalui proyek itulah, kemudian dibangun standard protocol yang kemudian berkembang dan dikenal saat ini dengan sebutan Transmission Control Protocol atau Internet Protocol (TCP/IP). Protocol system ini berhasil dirancang pada tahun 1973.

Memahami bagaimana jaringan antarkomputer yang terhubung satu dengan lainnya dalam jarak yang tak terhingga yang memungkinkan terjadinya komunikasi. Mau tidak mau, kita tidak dapat melepaskan diri dari pemahaman perangkat keras maupun perangkat lunak.

Ray Tomlinsonyang tergabung dalam Bolt Beranck and Newman,Inc. (BBN) pada tahun 1971 menciptakan suatu aplikasi surat eektronik yang dapat digunakan untuk mengirim dan menerima pesan melalui rangkaian komputer. Dengan aplikasi surat elektronik inilah kemudian kita kenal istilah e-mail dan berdasarkan “Tomlison’s model 33 Teletype” ditetapkan symbol @ yang berarti “at” digunakan sebagai bagian identitas “e-mail address”.

Pada tahun 1972 sebuah kelompok kerja yang tergabung dalam Internasional Network Working Group, berhasil mengembangkan dan meningkatkan teknologi jarinagn komputer dan juga membuat standard-standard untuk jaringan komputer termasuk di dalamnya adalah Internet. Tersebutlah, Vinton Cerf yang menyampaikan pemikiran-pemikirannya sehinggakemudian ia dinobatkan sebagai Bapak Internet.

Kini, tak ada salahnya kita memanfaatkan apa yang telah dirintis Vinton Cerf. Artinya, kita harus mencoba untuk mengetahui seluk beluk internet baik dalam aspek teknologinya maupun layanannya.

Sumber Majalah Coverage